Tagline

Kaum Muda Indonesia Ingin Perubahan...Pemimpin Muda, bersih dan Inspiratif..........Hukum Mati Koruptor!!!

Bakti Sosial: Reklamasi Pantai Penanaman Mangrove











Reboisasi Bakau di Ketapang: Perubahan di Mulai Dari Diri Sendiri
(Catatan Singkat Baksos API Perubahan 16 Februari 2013)

“Tsunami 2004 memberi pelajaran bahwa hanya dengan bencana selama 30 menit, bisa menghilangkan nyawa lebih dari 140 ribu jiwa. Dan peristiwa itu memberi pelajaran pada kita bahwa tetumbuhan bisa menyelamatkan banyak nyawa dalam kasus tsunami dan rob. Hutan bakau memecah gelombang sehingga arusnya melambat. Pepohonan mampu menjadi jaring penyelamat, banyak korban selamat dalam peristiwa lalu dikarenakan tersangkut di pepohonan. Itulah salah satu isi ceramah Khusnul Khotimah dari API Perubahan untuk menyadarkan warga Ketapang tentang pentingnya menanam Bakau. 

Khusnul lebih lanjut menjelaskan keuntungan lain penanaman bakau bagi warga. Bahwa tumbuhan bakau akan mengikat tanah sehingga melindungi abrasi pantai. Bahwa tanaman bakau dapat membantu peningkatan ekonomi nelayan. Peningkatan ekonomi didapat karena udang dan kepiting biasanya tinggal di akar bakau, selain itu tanaman dan buah bakau sendiri sekarang ini sudah bisa diolah menjadi berbagai bahan makanan. 

Ceramah reboisasi bakau ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan Bakti Sosial API Perubahan. Ratusan warga termasuk diantaranya para pemuda karang taruna, ibu-ibu dan murid-murid SD ikut berpartisipasi dalam penanaman bakau ini. Yang menggembirakan para mahasiswa dari Universitas Muhamadiyah Tangerang dan aktivis HMI juga sangat antusias membantu. Akhirnya dua ratus batang pohon bakau berhasil ditanam hanya dalam waktu sekitar 1 jam. Antusiasme warga ini sangat menggembirakan, mengingat kultur masyarakat Tangerang yang selama ini dikenal agak materialistis: tak mau melakukan kegiatan sukarela walaupun berkait dengan kepentingan warga. 

Awalnya ada usulan dari kontak kita di lapangan, untuk memberi semacam upah bagi penanaman bakau. Sebab konon dalam praktik umum disana, warga diberi upah Rp sekitar 20.000 setiap batangnya dalam program penanaman bakau. Namun API Perubahan menyadari bahwa penanaman bakau bukanlah kepentingan siapapun, kecuali warga Ketapang sendiri. Pemberian upah justru menjauhkan warga dari kepemilikan terhadap program, bahwa penanaman bakau bukanlah kepentingan warga sendiri. Menyadari bahaya besar yang mengancam dibalik praktek “upah” tanam bakau maka API Perubahan mendorong pemuda pelopor di desa itu untuk melakukan pendekatan dan penyadarkan terhadap warga sebelum penanaman bakau dimulai. Alhamdulillah walau tanpa upah warga mau berbondong-bondong mendengarkan ceramah reboisasi bakau dan mau berpartisipasi menanamnya. Pembagian 170 bungkus sembako dilakukan setelah penanaman selesai kepada warga yang ikut menanam.


Seusai acara inti Baksos, API Perubahan melakukan pertemuan khusus dengan para pemuda pelopor desa. Kita mencapai sebuah kesepakatan bersama, bahwa motor penggerak perubahan di Desa Ketapang adalah warga sendiri, dalam hal ini akan diinisiasi oleh para pemuda pelopor. Bahwa API Perubahan akan mendukung dengan sumber daya dan jaringan yang dimiliki agar perubahan bisa terjadi lebih signifikan. API Perubahan menyatakan komitmennya dengan tekad untuk menuntaskan penanaman sampai dengan 2000 pohon bakau di desa Ketapang. Baksos kedua di desa ini akan dilakukan 3 – 4 bulan ke depan. API Perubahan bertekad menguatkan keterikatan pada Desa Ketapang dengan menunjuk Keluarga Hendi Aldrianto – Yuni Lustuarti sebagai fasilitator. Keluarga Hendi akan berhubungan secara teratur dengan para pemuda pelopor di Desa Ketapang dan mendukung segala upaya perubahan konstruktif di sana. 

Ada catatan khusus dalam upaya reboisasi bakau di pesisir yang juga ditemui di desa Ketapang, yaitu persoalan hak milik lahan. Lahan pesisir biasanya dikuasai oleh segelintir pengusaha, sehingga soal reboisasi bakau sangat tergantung pada kesediaan pemilik lahan. Karena soal hak milik lahan pula, para nelayan dan warga lain merasa tak punya kebutuhan untuk ikut memelihara kelestarian tanaman bakau. Perlu dikaji lebih jauh soal kepemilikan lahan di daerah pesisir ini. Tentunya soal ini tak bisa diselesaikan di tingkat lokal desa Ketapang. API Perubahan perlu mengupayakan advokasi lebih lanjut bila perlu dengan cara mendorong perubahan kebijakan.

Enam keluarga API Perubahan – Niam, Nina, Hendi, Yuni, Cahyo, Sunah, Wildan, Khusnul, Anton,Iffah, Dendi dan Tatak – berangkat pagi-pagi dari Cilegon, Bekasi, Bogor, Cikarang dan Tangerang. Deny Sidharta yang sudah berangkat dari rumah, sayangnya mengalami kecelakaan di jalan sehingga tak berhasil bergabung untuk kegiatan kali ini. (Ikut berduka ya Deny, we can still do again next time). Puluhan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang dan aktivis HMI Tangerang Raya langsung bergabung di lokasi. Tak ketinggalan, anak-anak keluarga API Perubahan juga antusias menjajal pengalaman baru menanam bakau dan bermain lumpur. 

Pokoknya kegiatan Baksos ini sungguh menyenangkan bagi para peserta, selain membahagiakan karena bisa melakukan sesuatu untuk membantu perubahan dari tingkat paling bawah: desa! 

Kalau ingin lihat betapa heboh kegaitan ini, foto-foto lihat di link picasaweb ini:https://picasaweb.google.com/112326714598660511572/BAKSOS?authkey=Gv1sRgCNOTs4LwpZzgCA

Paling Banyak Dibaca